PENDEKATAN MANAGEMEN KONFLIK DAN REFORMASI KERJA
PENDEKATAN
MANAGEMEN KONFLIK DAN REFORMASI KERJA
A.
Manajemen
konflik
Konflik
adalah akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau
berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya
saling terganggu.
Ciri-Ciri
Konflik :
Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
Setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.
1.
Paling tidak timbul
pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun kelompok dalam
mencapai tujuan, memainkan peran dan ambigius atau adanya nilai-nilai atau
norma yang saling berlawanan.
2.
Munculnya interaksi
yang seringkali ditandai oleh gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk
saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh
keuntungan seperti: status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam
kebutuhan fisik: sandang- pangan, materi dan kesejahteraan atau
tunjangan-tunjangan tertentu: mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan
sosio-psikologis seperti: rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan
aktualisasi diri.
3.
Munculnya tindakan yang
saling berhadap-hadapan sebagai akibat pertentangan yang berlarut-larut.
4.
Munculnya ketidakseimbangan akibat dari usaha
masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial, pangkat,
golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya.
B.
Pendekatan
manajemen konflik
Manajemen konflik adalah sesuatu yang sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Terdapat beberapa pendekatan manajemen konflik yang bisa
menjadi panduan dalam kehidupan. Salah satu persoalan yang sering muncul selama
berlangsungnya perubahan di dalam organisasi adalah konflik antar anggota atau
antar kelompok. Menurut Hardjana (Wahyudi, 2008), konflik tidak hanya harus
diterima dan dikelola dengan baik, tetapi juga harus didorong karena konflik
merupakan kekuatan untuk mendatangkan perubahan dan kemajuan dalam lembaga.
Demikian pula Edelman R.J. (Wahyudi, 2008) menegaskan bahwa, jika konflik
dikelola secara sistematis dapat berdampak positif yaitu, memperkuat hubungan
kerja sama, meningkatkan kepercayaan dan harga diri, mempertinggi kreativitas
dan produktivitas, dan meningkakan kepuasan kerja.
Manajemen konflik adalah teknik yang dilakukan pimpinan
organisasi untuk mengatur konflik dengan cara menentukan peraturan dasar dalam
bersaing (Criblin J, dalam Wahyudi, 2008). Menurut Walton R. E. Dan Owens R. G.
(Wahyudi, 2008), tujuan manajemen konflik adalah untuk mencapai kinerja yang
optimal dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan akibat
konflik yang merugikan. Mengingat kegagalan dalam mengelola kunflik dapat
menghambat pencapaian tujuan organisasi, maka pemilihan teknik pengendalian
konflik menjadi perhatian pimpinan organisasi.
Tidak ada teknik pengendalian konflik yang dapat digunakan
dalam segala situasi, karena setiap pendekatan mempunyai kelebuhan dan
kekurangan. Gibson J. L. et. al. (Wahyudi, 2008) mengatakan, memilih resolusi
konflik yang cocok tergantung pada faktor-faktor penyebabnya.
Menurut Handoko (Wahyudi, 2008) secara umum terdapat tiga
cara dalam menghadapi konflik, yaitu:
1.
Stimulasi konflik, diperlukan apabila satuan-satuan kerja
dalam organisasi terlalu lambat dalam melakukan pekerjaan karena tingkat
konflik rendah. Situasi konflik yang rendah akan menyebabkan para karyawan
takut berinisiatif sehingga akhirnya menjadi pasif. Pimpinan perusahaan perlu
merangsang timbulnya persaingan dam konflik yang dapat berdampak peningkatan
kinerja karyawan perusahaan.
2.
Pengurangan atau penekanan konflik, berusaha meminimalkan
kejadian konflik tetapi tidak menyentuh masalah-masalah yang menimbulkan
konflik.
- Penyelesaian konflik, berkenaan dengan kegiatan-kegiatan pimpinan organisasi yang dapat mempengaruhi secara langsung pihak-pihak yang bertentangan.
Dengan
penjelasan yang berbeda, Leavitt, H. J. (Wahyudi, 2008) mengemukakan bahwa
untuk mengatasi konflik dapat dilakukan pendekatan sebagai berikut:
1. Konfrontasi
Teknik
konfrontasi adalah pemecahan masalah untuk mengurangi ketegangan melalui
pertemuan tatap muka antar kelompok yang sedang konflik, dengan tujuan untuk
mengenal masalah dan menyelesaikannya. Kelompok yang sedang konflik iberi
kesempatan berdebat dan membahas semua masalah yang relevan sampai keputusan
tercapai.
2. Negosiasi dan tawar-menawar
Teknik
negosiasi dan tawar menawar adalah perundingan mempertemukan dua pihak dengan
kepentingan yang berbeda untuk mencapai sebuah persetujuan. Masing-masing pihak
membawa serangkaian usulan yang kemudian didiskusikan dan dilaksanakan. Dalam
perundingan, tidak ada yang dikalahkan, semua pihak menghindarkan perasaan
telah memenangkan tuntutan.
3. Penyerapan (absorption)
Teknik
penyerapan (absorption) adalah cara mengelola konflik organisasi antara
kelompok besar dengan kelompok kecil. Kelompok kecil mendpatkan sebagian yang
diinginkannya tetapi sebagai konsekuensinya harus ikut bertanggung jawab
terhadap pelaksanaannya. Konflik yang dikelola secara positif dan konstruktif
dapat mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian pendekatan dalam pengelolaan
konflik menjadi hal yang sangat penting.
Wexley, K. N. dan Yuki, G. A.,
(Wahyudi, 2008) mengemukakan pendekatan-pendekatan yang umum dilakukan
terhadapmanajemen konflik adalah sebagai berikut:
1.
Menetapkan peraturan-peraturan dan prosedur standar untuk
mengatur perilaku agresif, mendorong perlakuan yang jujur terhadap
bawahan.
- Mengubah pengaturan arus kerja, desain pekerjaan, serta aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja antar pribadi dan antar kelompok.
- Mengubah sistem ganjaran untuk mendorong persaingan atau kerja sama.
- Membentuk unit khusus yang berperan sabagai mediator dan arbitrator atau juru damai dari pihak ketiga agar mempermudah pengendalian konflik.
- Memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang mempunyai orientasi tujuan yang berbeda dapat terwakili dalam kelompok pembuat kebijakan.
- Melatih pejabt-pejabat kunci untuk mendalami teknik-teknik manajemen koflik.
Keberhasilan
dalam mengelola konflik ditentukan oleh ketepatan dalam memilih teknik
pengelolaan, kemampuan pihak ketiga atau pimpinan dalam mengelola konflik, dan
kesdiaan pihak-pihak yang terlibat konflik untuk menyelesaikan konflik.
Winardi (Wahyudi, 2008) berpendapat
bahwa metode-metode yang paling banyak digunakan dalam penyelesaian konflik
adalah:
- Metode dominasi atau supresi, yang berusaha menekan konflik dan bukan menyelesaikannya. Dengan cara memaksakan, konflik diharapkan reda dengan sendirinya. Hasil penyelesaian konflik dengan metode dominasi menimbulkan situasi menang-kalah, pihak yang kalah harus menerima kenyataan bahwa pihak lain mempunyai otoritas yang lebih tinggi. Ada empat cara yang dapat ditempuh melalui metode dominasi, yaitu:
a. dengan memaksa pihak lain,
b. membujuk secara sepihak untuk
mengikuti keinginannya,
c. menghindari konflik atau menolak
untuk menghadapi konflik,
d. pemungutan suara atau berdasrkan
keinginan mayoritas.
- Metode kompromi, adalah penyelesaian konflik dengan jalan menghimbau pihak yang terlibat konflik untuk tujuan masing-masing kelompok guna mencapai sasaran yang lebih penting bagi kelangsungan organisasi. Penyelesaian konflik dengan metode kompromi dilakukan dengan cara:
a. memisahkan pihak-pihak yang konflik
hingga dicapai suatu pemecahan,
b. melalui arbitrasi yaitu campur
tangan pihak ketiga,
c. menggunakan imbalan, yaitu salah
satu pihak menerima imbalan untuk mengakhir konflik.
- Metode pemecahan problem integratif. Metode ini dapat mengalihkan konflik antar kelompok menjadi sebuah situasi pemecahan masalah bersama. Terdapat tiga cara penyelesian konflik secara integratif, yaitu:
a. melalui konsensus kedua pihak yng
terlibat konflik,
b. konfrontasi untuk membandingkan
pendapat masing-masing pihak yang berkonflik,
c. penggunaan tujuan-tujuan
superordinat sebagai tujuan yang bernilai lebih tinggi dari tujuan
unit/kelompok, tujuan tidak dapat dicapai tanpa kerjasama semua pihak yang
bertentangan
C.
Reformasi
kerja (perubahan dalam dunia kerja)
1.
Pengertian Reformasi
Reformasi adalah proses pembentukan kembali
suatu tatanan kehidupan (lama) diganti dengan tatanan yang baru. Tujuannya ke
arah yang lebih baik dengan melihat keperluan masa depan.
Selain itu juga menekankan kembali pada bentuk asal dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik-praktik yang salah dengan
melakukan perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan, baik dalam aspek
politik, ekonomi, hukum, sosial, maupun bidang pendidikan
Orang
yang mendukung reformasi (menginginkan perubahan) disebut dengan reformis.
Menurut kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi berarti perubahan secara
drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dl suatu
masyarakat atau negara;
Reformasi ekonomi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan ekonomi di suatu
masyarakat atau negara.
Reformasi hukum adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang hukum di suatu masyarakat atau negara.
Reformasi hukum adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang hukum di suatu masyarakat atau negara.
Reformasi politik adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang politik
di suatu masyarakat atau negara.
2.
Reformasi kerja
Ketika seseorang
telah cukup lama bekerja maka dia merasa diwilayah zona aman (the comfort
zone). Tantangan sudah hampir tidak ada, yang dilakukan adalah rutinitas dalam
bekerja. Banyak orang yang menentang perubahan karena merasa dirinya terancam
karena akan mengganggu zona nyaman dan lingkungan yang telah stabil. Tetapi
harus diingat persaingan antar perusahaan akan semakin sengit dan membutuhkan
pegawai-pegawai yang mempunyai produktivitas kerja tinggi dan dapat bekerja
secara lebih efisien.
Hal yang terbaik
dilakukan adalah mengajak para pegawai yang berada dalam Comfort Zone untuk
lebih berani menerima tantangan-tantangan baru untuk meningkatkan kualitas
kerja mereka. Cara terbaik untuk mengajak melakukan perubahan kerja adalah
dengan jalan perubahan yang dilakukan secara bertahap supaya para pegawai
merasa tidak terancam dan tidak kaget terhadap perubahan di lingkungan kerja.
Hal yang
terpenting ketika melakukan sebuah perubahan adalah para karyawan harus
dilibatkan dan mendengarkan gagasan-gagasan mereka sebagai sebuah masukan dan
sebuah solusi mengenai model perubahan seperti apa yang mereka ingin ciptakan.
Ini adalah hal yang bagus dan merupakan langkah perusahaan dan semangat para
karyawan. Pihak manajemen tetap hartus terlibat langsung dalam memimpin
perubahan tersebut. Setiap perubahan memerlukan waktu dan tidak bisa instan
prosesnya.
Komunikasi yang
baik sangat penting sekali dalam menjalani proses perubahan tersebut.
Komunikasi yang baik akan menciptakan kerja sama tim yang baik. Tim yang dapat
bekerja dengan baik akan meraih hasil yang baik. Harus ada dialog yang
dilakukan antara manajemen senior dengan bawahannya untuk menjelaskan mengenai
arti pentingnya sebuah perubahan yang akan menciptakan kinerja karyawan menjadi
lebih produktif dan lebih efisien.
Antara manajemen
dan bawahan harus saling mempercayai satu sama lain. Hal ini sangat penting
sekali dilakukan. Kepercayaan adalah sebuah kekuatan untuk maju bersama sebagai
kekuatan tim. Kepercayaan akan membuat proses perubahan dilakukan dengan lebih
tepat karena masing-masing pihak akan saling membantu satu sama lain.
Kepercayaan adalah modal utama dan akan menjadi sebuah kekuatan yang dapat
menghasilkan sebuah kinerja yang lebih baik. Pihak manajemen dapat membimbing
para karyawan untuk memastikan mereka dapat melakukannnya sehingga para
karyawan dapat mengembangkan kompetensinya.
3.
Faktor Pendorong reformasi (Perubahan)
Poin penting yang perlu
dicermati dalam lingkungan organisasi dan pengembangan sumber daya manusia di
dalamnya adalah adanya perubahan yang terus menerus. Perubahan ini
pada akhirnya menuntut perhatian yang lebih serius tentang peran manajemen
sumber daya manusia dalam upaya meningkatkan organisasi. Selain itu, perubahan-perubahan ini biasanya dapat diamati dari beberapa faktor berikut:
a. Adanya keragaman angkatan kerja
Keragaman angkatan kerja
adalah fenomena yang tak terelakkan dalam dunia kerja kontemporer. Hal ini
dipicu oleh semakin berkembangya prinsip kesetaraan peluang kerja bagi
laki-laki dan perempuan. Setiap individu tanpa membedakan status sosial, usia,
jenis kelamin, agama, ras, memiliki peluang yang sama dalam hal mendapatkan
pekerjaan yang layak dan sesuai dengan komoditi yang mereka bawa secara
personal. Bagi pihak perusahaan fenomena ini tentu merupakan satu peluang untuk
mendapatkan individu terbaik sesuai dengan kebutuhan bisnis organisasi yang
dijalankan. Di lain pihak, keragaman angkatan kerja ini sebenarnya juga dipicu
oleh semakin sempitnya peluang mendapatkan kerja yang sesuai dengan keinginan
pribadi.
b. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
Perkembangan teknologi
tentu tidak pernah lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan yang diperoleh
melalui riset ilmiah maupun kenyataan yang dihadapi secara tak terstruktur. Di
satu sisi, perkembangan teknologi ini tentu menyumbang peranan yang besar dan
signifikan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam dunia kerja.
c. Globalisasi budaya dan tren bisnis
Istilah globalisasi untuk
manajemen sumber daya manusia pada dasarnya merujuk pada perkembangan
keterbukaan pasar bagi bisnis perusahaan. Dengan kata lain, globalisasi membuka
peluang untuk setiap perusahaan guna menjajaki dan membuka pasar baru di luar
kawasan mereka. Selain itu, globalisasi juga menyebabkan timbulnya tren dan
budaya baru dalam organisasi. Tren ini tampak pada pengolahan kemajuan
teknologi dan kebebasan untuk membuka ruang kerja di luar negeri, dimana
perusahaan dapat melanjutkan produktivitasnya di daerah – daerah dengan tenaga
kerja yang dapat dibayar secara lebih murah dan lebih terampil.
d. Adanya visi baru dalam dunia kerja dan bisnis global
Visi baru dalam bidang
manajemen sumber daya manusia ini tentu saja dikarenakan adanya berbagai macam
perkembangan seperti disebutkan diatas, terutama yang berkenaan dengan tuntutan
dunia bisnis yang lebih berwawasan ekologis, open resources, dan mengarah pada
pengembangan bidang lain, seperti pendidikan, sosial kemasyarakatan, bahkan
religiusitas.
4.
Faktor Pendorong Perubahan
dalam dunia kerja
Perubahan dalam dunia kerja semakin tak
terbendung. Tuntutan produktivitas yang tinggi dan gaya hidup dalam bekerja
yang terus berubah menuntut siapa pun untuk siap berubah.
Dulu, bekerja di kantor adalah sebuah
keharusan. Namun seiring majunya teknologi komunikasi, bekerja bisa dilakukan
di manapun. Karyawan bisa bekerja di rumah, rapat di sebuah kafe yang nyaman,
sampai melakukan teleconference dengan klien dari luar negeri.
Artinya, dengan perubahan gaya bekerja seperti ini, siapa pun dituntut untuk
bisa berimprovisasi agar tetap menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Perubahan semacam inilah yang akan terus
mengemuka di seluruh dunia. Tentu saja, masih ada perubahan-perubahan lain yang
akan terjadi, namun sudah bisa dibaca arah perubahan tersebut. Nah, untuk bisa
memenangkan persaingan di dunia kerja masa depan, ada hal yang harus Anda
ketahui dan pelajari agar siap menghadapi tantangan tersebut. Berikut ini
beberapa faktor tersebut :
a. Teknologi
jaringan sosial
Teknologi internet dan social
media seperti Twitter, Vlogging, intranet chat rooms,
sampai skyping akan semakin menggejala. Yang harus disiapkan: Karyawan
harus siap dengan respons yang cepat dan mungkin tanggapan yang tidak terduga.
Perusahaan dan karyawan juga harus terbiasa dengan komunikasi informal dan komunikasi langsung serta pembelajaran lewat social
media.
b. Tempat kerja
yang berpindah-pindah (mobile)
Smartphone atau komputer tablet akan
semakin menunjukkan kekuatannya, menyingkirkan laptop atau meja kerja di
kantor. Karyawan dituntut untuk bekerja cepat dan lebih produktif karena semua
pekerjaan bisa dilakukan di manapun, kapan pun. Yang harus disiapkan: Karyawan harus memiliki telepon yang sekaligus
menjadi “meja kerja” Anda. Jika kantor adalah tempat kerja pertama Anda, rumah
adalah tempat kerja kedua, maka telepon seluler atau smartphone Anda adalah tempat kerja ketiga Anda.
c. Demografi
Kondisi dunia kerja 10–20 tahun ke depan akan
lebih beragam, terutama dilihat dari para pekerja. Tak hanya pekerja dari
berbagai suku, pekerja asing juga akan bertambah banyak. Yang harus disiapkan:
Perusahaan harus mampu mengakomodasi dan memahami latar belakang dan pengalaman
para karyawan yang berasal dari berbagai tempat dan negara. Sementara bagi
karyawan, dia harus siap bergabung dalam sebuah tim yang berbeda latar
belakang, pengalaman, gender, generasi, dan bahkan berbeda negara dengan segala
perbedaan tradisi dan budayanya.
d. Etika bisnis
Sekarang ini perusahaan mungkin hanya
memikirkan keuntungan atau profit semata. Tapi di masa depan, perusahaan harus
memperhatikan karyawan dan kondisi lingkungannya. Intinya, hanya perusahaan
yang memikirkan keuntungan, karyawan, dan lingkungan (bumi) yang akan meraih
sukses. Yang harus disiapkan: Perusahaan harus lebih ramah lingkungan.
Sementara karyawan harus lebih memiliki keahlian dalam menjaga hubungan baik
dengan karyawan yang lain.
e. Integrasi kerja
dan kehidupan pribadi
Generasi sekarang selalu menuntut keseimbangan
kerja dan kehidupan pribadi atau pergaulan. Namun generasi mendatang, mereka
ingin agar selagi bekerja. Mereka juga bisa sekaligus menikmati kehidupan
pergaulan mereka. Bekerja menggunakan smartphone selagi nongkrong di
kafe favorit adalah salah satu contohnya. Yang harus disiapkan: web
commuting sangat diperlukan sebagai “kantor ketiga”. Kefleksibelan tempat
kerja juga akan menjadi salah satu kepuasan dan menjadi faktor penting karyawan
dalam memilih perusahaan.
f. Permainan
simulasi
Sims atau Simulated Games adalah
tempat terbaik untuk belajar berbisnis dengan risiko minim. Tak hanya bisa
belajar, “training” ini menjadi sangat menyenangkan karena dikemas dalam bentuk
permainan. Yang harus dipersiapkan: Lakukan “training” ini sesering mungkin
untuk melatih kepekaan bekerja dan berbisnis. Permainan ini juga bisa melatih
kompetensi pemainnya.
g. Pembimbing
Bimbingan secara one-on-one di masa
depan akan tetap berpengaruh besar. Namun perusahaan akan memodifikasinya
dengan pembimbingan skala kecil atau secara grup. Yang harus disiapkan: Setiap
opini dan keahlian yang dimiliki karyawan akan sangat bermanfaat baginya untuk
melakukan pembimbingan pada karyawan yang lain. Keahlian ini akan meningkatkan
daya saing Anda di dunia kerja.
h. Kebebasan
informasi
Informasi akan semakin mudah disebar dan
semakin mudah didapatkan. Yang harus disiapkan: Hierarki akan semakin
kehilangan tempat. Siapa pun, termasuk karyawan terendah, bisa mengungkapkan
pendapat dan terlibat dalam pemecahan masalah. Ini artinya, karyawan juga bisa
menciptakan opini, bukan sekadar mengikuti pemimpin.
i.
Citra pribadi (personal branding)
Kecanggihan teknologi akan membuat jejak rekam
Anda mudah terlacak. Oleh karena itu, jangan main-main dalam membangun reputasi
dan citra Anda, terutama di dunia maya. Yang harus disiapkan: Sama seperti masa
sekarang, reputasi tetap memegang peranan penting terhadap kredibilitas dan
daya jual Anda.
j.
Zamannya kaum muda
Karyawan dari generasi X atau yang kini masih
berusia remaja atau muda akan memegang peranan penting dalam sebuah perusahaan
karena talenta dan keahlian mereka yang melebihi generasi sebelumnya. Yang
harus disiapkan: Bagi generasi X, perbanyaklah keahlian dan pengalaman serta
jejak rekan yang baik. Jika memenuhi ini, maka jabatan dan promosi tinggi
secepatnya akan didapatkan. Intinya adalah, bagi siapa pun yang ingin sukses di
dunia kerja pada dekade mendatang, milikilah cara berpikir yang mengglobal,
bergabunglah dalam berbagai jaringan sosial (social networks), dan bangunlah
citra diri yang baik.
k. Forecasting Perubahan dalam Dunia Kerja
Prediksi dunia kerja dalam kurun
waktu beberapa tahun kedepannya. Sehingga suatu institusi ataupun perusahaan
belomba menyiapkan diri untuk menyambut kemungkinan-kemungkinan perubahan kerja
yang terjadi dimassa yang akan datang.
0 Response to "PENDEKATAN MANAGEMEN KONFLIK DAN REFORMASI KERJA"
Posting Komentar